Wednesday, May 30, 2007

Jalan-jalan ke Madurodam, Den Haag

Pertengahan bulan mei kemaren, Aisya dan Danish diajak abinya jalan-jalan ke Madurodam, Den Haag. Madurodam adalah sebuah kota miniatur yang terletak di Scheveningen, Den Haag, Belanda. Kota ini adalah model dari sebuah kota Belanda dalah skala 1:25, terdiri dari bangunan-bangunan khas Belanda dan landmarks seperti yang ditemukan di berbagai lokasi di negara tersebut. Tempat kunjungan wisata ini dibangun pada 1952 dan telah dikunjungi oleh puluhan juta orang sejak saat itu. Kota ini dinamai menurut George Maduro, seorang pelajar dari CuraƧao yang meninggal di kamp konsentrasi Dachau pada 1945 dan orangtuanya menyumbangkan uang untuk memulai proyek Madurodam (sumber Wikipedia).

Aisya dan Danish lebih senang ketika melihat miniatur alat -alat trans
portasi seperti perahu, pesawat, kereta (satsiun Eindhoven) dan jalur mobil. Mereka nyaris gak mau beranjak ketika mengamati cara kerja jembatan ketika harus membukakan jalan untuk perahu, ada berbagai jenis jembatan yang cara kerjanya berlainan, ada yang terangkat ke atas, ada yang terbuka di bagian tengahnya, jembatan ini sekaligus berfungsi untuk menahan air sungai agar tidak meluap (banjir) atau tepatnya berfungsi sebagai Dam, ada juga yang terangkat dengan kemiringan mendekati 90 derajat.

Untuk miniatur Amsterdam Airport Schiphol ada pesawat milik Indonesia yaitu Garuda Indonesia, anak-anak juga serius sekali mengamati pesawat yang bergerak mengitari bandara. Miniatur bandara dibuat sedemikian detailnya sampai pergerakan tas atau koper di bagasi seperti aslinya.

Berbagai gedung, wind mill, wind turbine park, jembatan Erasmusbrug, Rotterdam serta stadion sepak bola schiphol tidak luput dari perhatian anak2, mereka syik berlarian dan tangannya ingin memegang miniatur tersebut. Kita yang sampe berulang kali harus sport jantung karena ulah anak-anak yang penasaran he he he. Selengkapnya bisa dilihat langsung di websitenya http://www.madurodam.nl/

Saturday, May 12, 2007

Bermain dengan waktu

Tanpa aku sadari aku sudah mengenalkan sedikit konsep mengenai waktu, mereka hanya sering mendengar kata-kata lama, sebentar, jam dan menit. Mungkin mereka belum mengerti secara jelas apa itu konsep waktu, biasanya pada saat mereka menonton TV aku selalu mengingatkan untuk tidak menonton terlalu lama, "TVnya 5 menit lagi dimatikan yah...tidak baik nonton TV terlalu lama, nanti matanya lelah", serentak mereka menjawab "iyaaa......" hi hi hi terkadang geli juga, karena belum sampe 5 menit mereka sudah mematikan TV . Tapi terkadang saat aku dan abinya asyik nonton TV dan mereka berdua main sendiri, tiba2 Aisya atau Danish mematikan TV dan berkata "sudah lama nontonnya...", nah lho....kitanya yang bengong karena acara lagi seru2nya hehehe.

Ketika kumandang adzan terdengar (dari komputer "IslamicFinder"), nah sekarang sudah jam dua siang waktunya sholat Dhuhur, atau ketika saat Aisya dan Danish menemani aku di dapur, mulai deh aku seperti ahli masak yang sedang show di acara TV, "masukkan kue ke dalam oven, panggang selama 15 menit" hehehe. Waktu akan tidur malam juga dimanfaatkan "Sekarang sudah jam 9, waktunya tidur, sudah malam". Tetapi di musim semi ini anak2 agak alot kalu disuruh tidur lebih awal, karena waktu siangnya panjang, pernah Aisya nyeletuk " sekarang belum malam, masih terang...masih boleh main". Akhirnya kuterangkan kalo musim semi siangnya lebih lama (panjang waktunya) dari pada musim dingin, nanti musim panas waktu siangnya paling panjang. ( Aisya diam aja....no comment). Bergiliran mainan juga sebenarnya mereka belajar waktu, ketika salah satu memakai mainan yang diperbutkan aku sering menyuruh mereka memberi waktu selama 10 hitungan untuk bergantian, jadi kalo si adiknya sedang pake mainannya, kakaknya mulai menghitung "satu, dua, tiga...." belum hitungan ke sepuluh biasanya si adik sudah memberikan mainannya, hm....anak2 sukanya berebuuuuut aja.....

Nah dari sebagian penggalan kalimat yang berhubungan dengan waktu dalam aktifitas sehari2 mereka, beberapa waktu lalu aku coba praktekan langsung mengenalkan jam pada Aisya dan Danish, kukenalkan ada dua macam jarum (panjang dan pendek), yang panjang menunjukkan menitnya sedangkan yang pendek menunjukkan waktu jamnya, karena usia mereka masih 2 dan 3 tahun aku kenalkan yang paling dasar saat jarum panjangnya menunjuk ke angka 12, jadi mereka tinggal teriak, "jam 1, jam 2 dst..". Mereka sih senang mutar2 jarum jamnya aja, buat mainan, biasanya permainannya aku bilang "umi mau berangkat belanja jam 4", mereka berdua cepet2an menggerakkan jarum jam ke angka 4 (Aisya sudah tau angka 1-5) kalo Danish asal aja he he (terkadang benar juga, gak tau mengerti benar atau kebetulan saja benar), asyiiiik....yang penting anak2 happy...


Tuesday, May 1, 2007

Brugge (Known as the Venice of the North)

Kesan pertama mengunjungi kota ini adalah indah. Brugge terkenal dengan kanal-kanalnya yang romantis. Untuk melihat keindahan kanalnya, aku naik boot menyusuri kota Brugge, sekali trip 5 euro/orang selama 30 menit, banyak juga peminatnya, ngantri.

Selama naik boot, terlihat pemandangan yang unik, dulunya penduduk di kota Brugge memakai transportasi perahu melalui kanal2 ini, pintu rumah mereka atau teras depan rumahnya langsung berhadapan dengan kanal, sehinggak akses ke perahu mudah. Tapi sekarang sudah tidak digunakan lagi karena ada jalur darat. Objek wisata lain yang bisa dikunjungi adalah kincir angin yang berfungsi sebagai mengolah gandum.

Selain itu kota Brugge terkenal dengan kerajinan tangannya berupa rajutan dan sejenisnya (aku gak tau namanya, tapi banyak juga kok di Indonesia), dari baju, taplak meja, tempat tisyu dll, harganya wow....kalo dikurskan ke rupiah dari 50 puluh ribu sampai jutaan. Di sepanjang toko kerajinan ini juga banyak toko coklat yang beraneka macam bentuknya. Di sini abinya cuma beli suvenir gelas (koleksi dari beberapa kota di Eropa) he he he yang terjangkau dengan kantong. Kerajinan tangan lainnya mirip2 seperti di Bali dan Malioboro.

Ketika asyik menikmati pemandangan alam, eh ada sesuatu yang menarik perhatian kita, seorang "pengamen" yang memainkan harpa, wah keren juga kalo foto di samping pemain harpa itu, banyak yang antri lho buat foto dengannya atau mengabadikannya dengan video untuk para couple, romantis gitu lho dansa sambil diiringi dentingan melodi harpa. Eh ketika kita ambil 'ancang2' buat pose, gak taunya si pemain harpa menghentikan permainannya malah ikut pose, "klik" jadilah foto kita seperti ini, maunya si empunya sedang main harpa :(.
Eh setelah itu dia malah ngajak ngobrol, ternyata dia pernah ke Indonesia (ke Jogja, Bali, Bromo, Malang, Jakarta dan Bandung), wah....pengamennya orang sini bisa jalan2 ke luar negri yah...he he he.